Banyak orang telah salah dalam menafsirkan kata LUWU, dgn membuat statemen yg keliru/salah kaprah bahwa LUWU berasal dari kata LIU, padahal mengandung arti yg berbeda, LUWU artinya semua/bersama, LIU artinya asin. jadi tidak ada kesamaan makna, oleh sebabnya banyak yang terjebak dan memahami kedua kata tersebut. Demikian Bugis dan Ugi beda pengertian, Ugi artinya Kaya, sedang Bugis dari kata bugi (orang bersarung), Bugi ini dahulunya adalah salah satu etnis terbesar yg mendiami perbatasan burma yaitu BUGI-RHAMA yagg kemudian datang ke Sulawesi membentuk komunitas Bugis bersama kaum pendatang dan penduduk yang sudah lebih awal datang, (bugis itu jamak dari bugi yaitu bugi-bugi, kemudin orang inggris menyebutnya dengan bugis). olehnya itu kenapa mereka sangat kental dengan sarung sehingga ada semboyang mereka “berkelahi dgn sarung”, mereka itulah yg dikenal dgn keturunan Bugi-Rhama. Jadi bahasa Ugi dan Bugis beda. Bugis adalah perpaduan bahasa-bahasa komunitas bugis, sedang UGi adalah bahasa orang-orang luwu yang sekarang sudah tercerai berai, yaitu toraya, topadoe, tolaki, tomata, tolandangi, tomoni, to rongkong, tomamasa, towuti (dahulunya penduduk yang mendiami Wotu) dan yang tidak disebutkan.
Setelah memahami pengertian Luwu dan Ugi, Mari kita bahas mengenai Kerajaan Luwu yang ada sekarang.
Dalam epos la Galigo, dikatakan to Pongko melahirkan dua anak suku yang bernama to Liu dan to Riu, kedua suku ini kemudian berubah menjadi kerajaan yaitu kerajaan to Liu dan to Riu, kerajaan to Liu pusat pemerintahannya di Malangke, Kerajaan to Riu pusat pemerintahannya di Rahammpu’u (yang dikenal matano sekarang). dan satu lagi adalah kerajaan to ompotikka yaitu kerajaan orang-orang dipegunungan yang berpusat yang dikenal sekarang bernama luwu banggai. Dari ketiga kerajaan inilah yang kemudian terbentuk kerajaan to Luwu sebagai pusat pemerintahannya di Ware yang dikenal dengan Ussu (Malili) sekarang. Dari ketiga kerajaan ini nantinya melahirkan lagi anak-anak kerajaan hingga membentang diantara pulau-pulau dari barat, utara, selatan dan utara.
Sehingga pengertian kerajaan to Luwu adalah sentral kekuasaan kita bersama, bukan hanya kerajaan yang berada di wilayah Luwu tapi seluruh kerajaan yang berada di belahan bumi nusantara ini yang dibawahnya mengalir sungai-sungai yang penuh dengan madu dan susunya yaitu tatanan kehidupan yang dirahmati oleh Tu[h]an.
Itulah kemudian yang kita kenal dengan tiga tatanan kehidupan yaitu botting langi (kehidupan tingkat tinggi/langit), ale kawa (kehidupan tingkat bawah/bumi) dan buriq liu (kehidupan antara laut). Sehingga kita dapat pengertian mengenai ketiga tatanan kehidupan tersebut karena ada kaitannya dengan penciptaan langit dan bumi, yaitu:
1, Botting langi adalah tatanan kehidupan tingkat tinggi yang dihuni oleh masyarakat tingkat atas atau penduduk langit yaitu para pemimpin sebagai pengatur masyarakat dengan aturan dan hukum yang di undangkan oleh pencipta langit dan bumi, agar kehidupan manusia itu setimbang, sehingga alam dan manusia saling merahmati, Ale kawa adalah tatanan kehidupan rendah yang dihuni oleh masyarakat kelas bawah atau penduduk bumi yaitu masyarakat yang tunduk patuh baik secara sukarela dan terpaksa menurut aturan dan hukum yang di undangkan oleh para pemimpin, agar kondisi kehidupan manusia menjadi tentram
3, Buriq liu tatanan kehidupan antara laut yang maksudnya suatu tatanam kehidupan menyebarang lautan dari pulau yang satu ke pulau yang lainnya atau dari negara yang satu ke negara yang lainnya atau dari barat ke timur, selatan dan utara. Semua masyarakat yang ada di dunia harus mengikuti aturan dan hukum yang diberlakukan oleh para pemimpin yang berada di kerajaan to Luwu yaitu sentral kekuasaan kita bersama.
System penciptaan ketiga tatanan kehidupan diatas adalah tatkala terciptanya langit dan bumi dalam enam masa. Yang kemudian ketiga tatanan kehidupan diatas kesemuanya memiliki tujuh struktur tingkatan kepemimpinan yang dikenal dengan penciptaan tujuh langit di ale kawa dan penciptaan tujuh lapis bumi di buri Liu. Dengan terciptanya tujuh lapis struktur itu maka bintang-bintang pun tercipta sebagai suatu peciptaan yang sempurna dan segenap langit.
Jadi kerajaan Luwu yang ada saat ini, bukanlah kerajaan to Luwu yang pernah exist, tapi merupakan kerajaan penyamaran untuk mendirikan lagi kerajaan tersebut agar dunia mengakui, namun mereka tidak bisa memberikan bukti mengenai kerajaan tersebut, karena demikianlah kerajaan itu seharusnya bernama kerajaan to Liu yang berpusat di Malangke, kemudian di ambil alih dan diganti nama kerajaannya menjadi Luwu, disinilah letak kelemahan mereka. Mereka membuat satatemen yang keliru mengenai kerajaan yang mereka dirikan. Padahal sudah sangat jelas, LUWU artinya Bersama/semua, sedang LIU artinya Asin.
Olehnya itu kenapa dunia tidak mengakui Sosok Batara Guru dan sawerigading sebagai dua sosok yang benar-benar ada keberadaanya. Karena memang demikianlah kerajaan Luwu yang ada saat ini bukanlah kerajaan to LUWU yang sebenarnya. Terlalu banyak nama-nama dalam epos la Galigo yang dipermainkan kosa katanya agar kerajaan mereka di akui existensinya. Maccapai diartikan dengan majapahit, padahal ini adalah kerajaan yang pernah berada dibawah kekuasaan to Riu yang berada di tenggara Sulawesi. Karena kerajaan to Riu menguasa Sulawesi bagian tengah hingga tenggara, To Liu menguasai daerah selatan dan timur Sulawesi, demikian to ompotikka menguasai daerah wilayah Sulawesi bagian utara dan barat.
Itulah kenapa semua kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi bersumber dari kerajaan to Luwu bukan kerajaan Luwu yang ada saat ini.
Sudah menjadi bukti, bahwa mereka telah salah dalam menafsirkan isi kitab yang ada dalam la Galigo tersebut. Mereka mendirikan kerajaan dengan membuat statement yang keliru/salah kaprah, kalau Luwu itu berasal dari kata Liu. Disinilah letak kelemahan yang mereka lakukan untuk menghilangkan identitas mereka. Sama dengan Bugis yang diartikan berasal dari kata Ugi. Padahal memiliki pengertian yang berbeda.
Sudah waktunya sejarah yang telah terkubur selama ribuan tahun untuk di ketahui dunia lagi. Baca kerajaan To Riu yang pernah exist (( Baca Kerajaan Rahampu’u ), namun sekarang sisa abunya karena sudah diporak-porandakan oleh kerajaan Luwu yang ada saat ini, olehnya itu kenapa kerajaan tersebut berubah menjadi kerajaan Matano artinya kekuasaan orang-orang yang dikuburkan (Matano dari kata tano artinya kuburkan, matano itu artinya bukan mata air).
Kerajaan tersebut sudah hilang, sudah menjadi sejarah, sudah berubah menjadi kerajaan matano (artinya kekuasaan orang-orang yang dikuburkan, demikian malangke artinya kita orang-orang yang malang, pun tompotikka telah berubah menjadi gunung tompotiga yang maksudnya, gunung yang dimunculkan menjadi 3 bagian artinya telah dipecah menjadi 3, Palopo sebagai pusat kerajaan Luwu yang ada saat ini artinya benamkan, jadi nama adalah mengandung arti yang sangat bernilai, jadi bukan apalah arti sebuah nama), yang ada tinggal abunya, sudah dijadikan tempat ritual oleh mereka-mereka yang telah menguasainya.
Dalam sistem pemerintahan Rahampu’u ada tujuh bagian::
1.Mokole (Raja/penguasa bukan manusia)
2.Mohola
3.Pabitara
4.Bonto
5.Papangara
6.Karua
7.Mia mota’u
QS. 67/3. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Pengatur Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Kekuasaan Rahammpu’u mempunyai tujuh tingkatan pemerintahan, suatu system cara Tuan menciptakan langit dalam tujuh tingkat, bisa dibayangkan sebuah kesulatanan yang sama sekali tidak dikenal oleh masyarakat nusantara dan dunia pada umumnya, bisa memiliki struktur yang sedemikian hebatnya. Dan masing-masing struktur memiliki tugas masing-masing. Jadi sangat jelas kekuasaan Rahampu’u itu adalah kekuasaan yang hanya di ciptakan oleh orang-orang yang mengerti akan penciptaan langit dan bumi. Pemerintahan mereka sangat terorganisir. Pemerintahan yang sudah turun temurun sejak dari nenek moyang mereka. Sehingga membuat mata kita merasa seakan tidak percaya. Demikian pula untuk menghukum orang-orang yang bersalah ditempatkan di suatu tempat yang khusus dan dijadikan sebagai pekerja yang hanya di upah 10% dari hasil jerih payahnya (Kehidupan jahannam). Ini sudah menjadi bukti bagi kita. Baca untuk membuktikan bahwa kerajaan ini dahulunya exist. ( Penemuan makam mokole lukamandu ).
Jadi yang perlu dipertanyakan adalah mengenai perjanjian Bongaya, bisa jadi perjanjian itu merupakan perjanjian untuk membantu pemerintahan VOC untuk menguasai Kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi, sehingga orang-orang yang melakukan perjanjian tersebut diberikan hadiah atau upeti untuk menduduki semua kerajaan-kerajaan yang ada kemudian mereka menyebar di seluruh penjuru Nusantara untuk menduduki kursi kerajaan yang sudah berada dibawah kekuasaan VOC.
Disini bukan untuk melecehkan suatu komunitas tertentu tapi untuk diteliti kebenarannya agar membuka mata kita.
Pembawa Berita