Menikmati senja dalam rinai gerimis..Angin semilir membelai diantara tetes air yang jatuh. Perlahan rinai gerimis pun mengalir deras, diskusi dengan papa saya di beranda tanpa secangkir teh ataupun kopi. Temanya adalah tentang Bung Karno, tetapi bukan perihal politiknya namun lebih kepada sekelumit biografi beliau. Diskusi bergulir hingga derasnya hujan meretas tuntas.……
Soekarno sang Presiden pertama Republik Indonesia, biasa dan akrab dengan panggilan Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai yang berasal dari Buleleng Bali.………
Soekarno menjalani masa kecilnya bersama orang tuanya hanya dalam waktu beberapa tahun saja. Sejak Sekolah Dasar hingga lulus, Bung Karno tinggal si Surabaya di rumah HOS Tjokroaminoto seorang politisi pendiri Syariat Islam. Kemudian Soekarno melanjutkan sekolah pada masa itu bernama HBS (Hoogere Burger School). Ketika di HBS lah Soekarno mulai menanamkan jiwa nasionalismenya. Lalu setelah menyelesaikan studinya di HBS pada tahun 2920 Soekarno hijrah ke Bandung untuk melanjutkan studinya di THS (Technische Hoogeschool) yang sekarang adalah Intsitut Teknologi Bandung. Tanggal 25 Mei 1926 gelar Ir. pun diraih oleh Soekarno yang notabene adalah sang mantan Presiden Pertama RI.
Menurut cerita khalayak ramai dan juga cerita dalam sejarah bahwa kehidupan Bung Karno identik dengan wanita wanita cantik. Mulai dari Ibu Inggit, Ibu Hartini, Ibu Fatmawati juga Ibu Ratnasari Dewi. Entah apa yang membuat wanita yang tersebut diatas tadi jatuh dalam pelukan hati Bung Karno. Bisa jadi karena Bung Karno tampan, atau Bung Karno seorang presiden. Wanita-wanita yang tersebutkan diatas masing-masing memiliki arti tersendiri di hati Bung Karno tentu saja dengan segala kelebihan, kekurangan serta keunikannya masing-masing. ….
Ada yang terlupa dari deretan nama wanita wanita cantik yang mampu menaklukkan beranda hati Bung Karno tadi, ternyata masih ada satu nama yang tak kalah berarti nya dalam pandangan dan kehidupan Bung Karno. Siapakah dia wanita itu…? Wanita sederhana, dialah Sarinah. Sarinah adalah pengasuh Seokarno semasa kecil, Sarinah adalah wanita desa yang mengajari Bung Karno tentang cinta sesama, yang mengajarkan Bung Karno supaya cinta kepada rakyat agar rakyatpun bisa mencintai Bung Karno.
………Sarinah, adalah sosok wanita desa setengah baya, Sarinah yang mengisi hidup Bung Karno kecil, yang mengajarkan rasa cinta kasih kepada Bung Karno.. Sarinah Juga menjadi bagian dari keluarga Bung Karno. Sarinah bekerja sebagai pengasuh Bung Karno yang dengan tulus dan tidak mengharapkan upah pada masa itu. Apa yang diajarkan oleh Sarinah dari waktu ke waktu bergulir dan mengalir bagaikan darah yang mengaliri tubuh manusia. Bung Karno sangat dekat dengan Sarinah. Salah satu hal yang diajarkan Sarinah pada Bung Karno pada masa kecil adalah “Karno hal pertama kamu harus mencintai ibumu, lalu cintailah rakyat jelata serta cintai manusia pada umumnya”
Tak hanya itu, nama Sarinah juga dipakai salah satu tabloid atau majalah yaitu majalah Sarinah. Hal yang lebih menarik dari cerita papa saya bahwa Sarinah juga ada dalam judul lagu langgam Jawa yang di nyanyikan oleh sang legendaries langgam yaitu Ibu Waldjinah pada masa itu dan mungkin juga masih ada lagu itu sampai sekarang. Lagu berirama langgam tersebut berjudul “O Sarinah” yang penggalan liriknya adalah :
………
Sarinah ayu
Awak’ e lemu
Ngguya ngguyu
Opo gelem nah karo aku
……Entah lagu berjudul “O Sarinah” tersebut apakah ada hubungannya dengan Sarinah wanita desa yang pernah dekat dengan Bung Karno karena pelajaran budi pekerti nya atau tidak, tetapi banyak kalangan memaknai dan menginterpretasikan lagu “O Sarinah” adalah juga sebuah penghargaan terhadap seorang Sarinah. Sayangnya saya tidak bisa mendapat lirik lengkap atau detailnya. Penggalan lirik tersebut adalah penggalan lirik yang masih sempat di ingat papa saya. Dari diskusi dan cerita tentang Bung Karno serta Sarinah ini ternyata menginspirasi saya untuk ingin mengenal lebih dekat lagi kehidupan Bung Karno serta kaset lagu “O Sarinah”.
Arya Ningtyas