Hayatullah Zuboidi
Rumah Aceh Cut Mutia, seorang pahlawan nasional asal Aceh yang terletak di Desa Mesjid, Pirak, kecamatan Matang Kuli, Aceh Utara, yang menjadi salah satu situs sejarah yang tidak bisa dilupakan oleh masyarakat Aceh khususnya masyarakat Aceh Utara. Namun sayang sekali aset sejarah masa lampau itu kurang perhatian dari pemerintah setempat, bila ditelusuri dengan banyaknya pengunjung setiap harinya, bisa untuk menambah Pendapatan Asli Daerah(PAD).
Lian(28) petugas Rumah Aceh Cut Mutia mengatakan kepada The Globe Journal bahwa selama ini banyak bangunan yang sudah rusak tampa ada support dana dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Utara untuk merehabilitasinya.
“Seperti atap balai, tempat istirahat para pahlawan dulu seusai pulang dari peperangan, sekarang sudah bayak yang bocor, dan bisa mengakibatkan alas daripada balai itu cepat rusak karena seering kenak air dikala hujan,”ungkap Lian saat ditemui The Globe Journal di Rumah Aceh Cut Mutia, Selasa(6/9).
Selain itu banyak cat yang seperti pagar, dinding, dan lainnya yang sudah luntur tidak ada uang untuk diperbaharui. Ucap Lian lagi, untuk kebersihan saja Pemkab membayar mereka kadang-kadang empat bulan sekali, kadang tidak sama sekali, namun mereka mengira itu sudah menjadi tanggung jawabnya karena aset tersebut terletak di kampung mereka.
Meskipun demikian suasana di halaman Rumah Aceh tersebut terlihat bersih dan rapi, walaupun tidak banyak lagi benda-benda sejarah yang di panpang didalamnya, hanya beberapa lukisan Cut Mutia, Suaminya Tgk Muhammad, Rapai Pase dan foto putranya, Ampon Raja Sabi yang mengembara selama 15 tahun di hutan.
“Dulu banyak� paralatan didalam Rumah Aceh ini, masa konflik dulu di ambil barang-barang disini dibawa ke Museum Aceh, sebelum saya yang mengelola tepat ini,” tukas Lian.
Diluar rumah masih terlihat tiga buah Kroeng (lumbung tempat penyimpan padi ketika sudah panen-red). Disampingnya jua masih ada tersedia Jeugki (alat giling padi tradisional yang terbuat dari kayu-red). Selain itu juga dipojok sebelah kanan depan Rumah Aceh juga masih ada sebuah kolam yang berukurang 4x4 meter yang dulunya digunakan oleh Almarhumah Cut Mutia ketika hendak mandi, Namun sekarang terlihat kosong dan air didalamnya keruh.
Disebelah barat Rumah Aceh juga masih ada sebuah balai tempat istirahat dan mengadakan pertemuan dengan rekan-rekannya ketika hendak berperang dan pulang dari medan pertempuran, dan juga terlihat satu tugu besar yang masih kokoh yang tergambar pahlawan dan bertuliskan riwayat hidup Cut Mutia.
Lian(28) petugas Rumah Aceh Cut Mutia mengatakan kepada The Globe Journal bahwa selama ini banyak bangunan yang sudah rusak tampa ada support dana dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Utara untuk merehabilitasinya.
“Seperti atap balai, tempat istirahat para pahlawan dulu seusai pulang dari peperangan, sekarang sudah bayak yang bocor, dan bisa mengakibatkan alas daripada balai itu cepat rusak karena seering kenak air dikala hujan,”ungkap Lian saat ditemui The Globe Journal di Rumah Aceh Cut Mutia, Selasa(6/9).
Selain itu banyak cat yang seperti pagar, dinding, dan lainnya yang sudah luntur tidak ada uang untuk diperbaharui. Ucap Lian lagi, untuk kebersihan saja Pemkab membayar mereka kadang-kadang empat bulan sekali, kadang tidak sama sekali, namun mereka mengira itu sudah menjadi tanggung jawabnya karena aset tersebut terletak di kampung mereka.
Meskipun demikian suasana di halaman Rumah Aceh tersebut terlihat bersih dan rapi, walaupun tidak banyak lagi benda-benda sejarah yang di panpang didalamnya, hanya beberapa lukisan Cut Mutia, Suaminya Tgk Muhammad, Rapai Pase dan foto putranya, Ampon Raja Sabi yang mengembara selama 15 tahun di hutan.
“Dulu banyak� paralatan didalam Rumah Aceh ini, masa konflik dulu di ambil barang-barang disini dibawa ke Museum Aceh, sebelum saya yang mengelola tepat ini,” tukas Lian.
Diluar rumah masih terlihat tiga buah Kroeng (lumbung tempat penyimpan padi ketika sudah panen-red). Disampingnya jua masih ada tersedia Jeugki (alat giling padi tradisional yang terbuat dari kayu-red). Selain itu juga dipojok sebelah kanan depan Rumah Aceh juga masih ada sebuah kolam yang berukurang 4x4 meter yang dulunya digunakan oleh Almarhumah Cut Mutia ketika hendak mandi, Namun sekarang terlihat kosong dan air didalamnya keruh.
Disebelah barat Rumah Aceh juga masih ada sebuah balai tempat istirahat dan mengadakan pertemuan dengan rekan-rekannya ketika hendak berperang dan pulang dari medan pertempuran, dan juga terlihat satu tugu besar yang masih kokoh yang tergambar pahlawan dan bertuliskan riwayat hidup Cut Mutia.