NABI Ibrahim alaihisalam adalah salah seorang Nabi yang terkenal kedermawanannya. Bahkan dikisahkan, setiap hari Ibrahim mengajak tetangga atau orang yang ditemui di jalan untuk makan bersama keluarganya. Ihwal tentang kedermawanan Ibrahim alaihisalam tak luput membuat orang-orang di sekitarnya terkagum-kagum. Seseorang pernah menanyakan hal tersebut kepadanya. Jawab Ibrahim, bahwa hal itu dilakukannya karena sangat cintanya kepada Allah, Sang Pemberi Rizqi. Bahkan, terucap oleh Ibrahim seandainya Allah subhanahu wa ta’ala berkenan mengaruniakan kepadanya seorang anak, dan anak tersebut harus dikorbankan maka Ibrahim akan melakukannya. Waktu itu NABI Ibrahim alaihisalam belum memiliki anak.
Nah, ucapan Ibrahim ini rupanya direspon oleh Allah. Istri Ibrahim akhirnya mengandung seorang anak yang kemudian diberi nama Ismail yang kelak akan melanjutkan tugas ayahnya. Kemudian datanglah perintah Allah untuk menyembelih Ismail, putra satu-satunya yang diharap-harapkannya sejak dahulu.
Meski akhirnya keduanya lulus dari ujian Allah dan kejadian itu menjadi cikal-bakal pelaksanaan ibadah Qurban, tapi yang lebih penting dicatat dalam peristiwa ini adalah, bagaimana kita pandai-pandai menjaga lisan. Jangan sampai kita pada akhirnya “termakan omongan sendiri”. Memang kebetulan kisah di atas terjadi pada seorang nabi yang memiliki ketinggian sifat lebih dari manusia biasa macam kita, lalu bagaimana kalau hal yang sama terjadi pada kita? Sanggupkah kita? Alih-alih mentaati perintah, jangan-jangan kita malah lebih memilih lari dari melaksanakannya.
Mungkin karena itulah Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam mengajarkan kepada kita untuk “berbicara yang baik, atau diam”
Priyono