Pertama yang perlu diingat Syekh Muhammad bin Abdul Wahab (1115 – 1206 H / 1703 – 1791 M) tidak pernah mendeklarasikan namanya menjadi sebuah nama gerakan wahabi atau wahabiah. Istilah wahabi atau wahabiah dinisbatkan pada nama beliau sebagai sebuah ejekan kepada muwahid yang mengesakan Allahuta’ala dan tidak mau mencampuri tauhidnya dengan kesyirikan.
Beberapa umat muslim yang mengikuti pemikiran Syekh Muhammad bin Abdul Wahab pun menolak disebut Wahabi, karena pada dasarnya ajaran Ibnu Wahhab juga adalah ajaran Nabi Muhammad SAW, bukan ajaran tersendiri.
Kasus ini hampir sama kejadiannya dengan istilah Quthbi yang dinisbatkan kepada Sayyid Quthb. Para umat muslim yang menyetujui pemikiran Islam Asy Syahid akan dipanggil Quthbi hanya karena Sayyid Quthb sangat teliti menjaga kadar tauhidnya untuk tidak bercampur kepada kesyirikan dengan menjadikan hukum buatan manusia sebagai petunjuk. Seakan-akan pemikiran Sayyid Quthb adalah “agama” tersendiri yang jauh menyimpang dari Al Qur’an.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab ialah Ulama yang concern menyeru umat muslim kepada tauhid dan berdo'a memohon hanya kepada Allah semata. Syekh Muhammad bin Abdul Wahab menjadikan hal ini sebagai prinsip sebab memang Allah-lah Yang Mahakuasa dan Yang Maha Menciptakan yang patut kita sembah, sedangkan selain Allah hanyalah adalah tuhan-tuhan palsu yang tidak akan bisa membawa manusia ke jalan keselamatan.
Adapun mahabbah (cinta kepada orang-orang shalih), bagi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah dengan mengikuti amal shalihnya, tidak dengan menjadikannya sebagai perantara antara manusia dengan Allah, dan juga tidak menjadikannya sebagai tempat bermohon selain daripada Allah.
Ketegasan beliau pada tauhid tidak lain dilakukan karena Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab banyak mendapati kemusyrikan, kebathilan, serta bid’ah menyesatkan yang dilakukan Umat Islam di sekelilingnya pada zaman itu.
Di Madinah, misalnya, beliau mendengar permohonan tolong (istighaatsah) kepada Rasulullah SAW, serta berdo'a (memohon) kepada selain Allah, hal yang sungguh bertentangan dengan Al-Qur'an dan sabda Rasulullah SAW . Al-Qur'an menegaskan:
"Artinya : Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi madharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim." [Yunus : 106]
Di Hejaz pun ia melihat hal serupa, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dengan mata kepala sendiri menyaksikan banyaknya pengkultusan kuburan para sahabat dan keluarga Nabi Muhammad SAW.
Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab juga adalah seorang ulama yang sangat lantang menyeru kepada penguasa. Ia seorang ulama yang karismatik dan disegani sehingga mampu menda’wahi para penguasa untuk kemudian bekerja sama menghancurkan berbagai kemusyrikan yang ada di masyarakat, seperti dengan penguasa Uyainah yang bernama Utsman bin Muammar atau dengan Pangeran Muhammad bin Su’ud sebagai pengusa Dir’iyah yang kemudian diteruskan oleh putranya yang bernama Pangeran Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud hingga Syeikh meninggal dunia.
Beliau telah menghabiskan waktunya selama 48 tahun lebih di Dar’iyah. Keseluruhan hidupnya diisi dengan kegiatan menulis, mengajar, berdakwah dan berjihad sebagai bagian untuk menegakkan agama Allah di muka bumi ini. Syaikh Muhammad bin Abdul berdakwah sampai usia kepala sembilan, beliau akhirnya wafat pada tanggal 29 Syawal 1206 H, bersamaan dengan tahun 1793 M, dalam usia 92 tahun.
Terkait apakah Eramuslim adalah wahabi? Masyarakat yang bisa menilai sendiri. Selama ini Eramuslim adalah media yang berdiri atas manhaj Ahlussunah Wal jama’ah. Eramuslim pun tidak fanatik untuk berdiri di salah satu jamaah tertentu. Ini terlihat bagaimana Eramuslim turut mengabarkan segala kegiatan terhadap berbagai jama’ah, lintas harokah.
Sebagai media Islam rujukan, kami pun terus berupaya memberikan informasi kepada umat tentang pekembangan dunia Islam. Menyebarkan berita yang membela kepentingan agama dalam menegakkan risalah mulia di muka bumi. Mohon doanya, semoga kami tetap istiqomah di Jalan Allah. Allahuma’amin.