Penulis dan kolomnis Nab Bahany AS mempertanyakan keberadaan 600 kitab hikayat Aceh yang pernah dibawa oleh sejarawan Indonesia Prof Dr Husein Jayadiningrat dari Aceh ke Jakarta pada tahun 1960-an. Padahal 600 kitab hikayat itu penting untuk dikembalikan ke Aceh, karena menyangkut keberadaan sejarah Aceh. “Setelah Profesor Husein meninggal dunia, kabarnya keberadaan hikayat-hikayat itu ada pada sejarawan Muhammad Yamin di Jakarta pada tahun 90-an,” kata Nab Bahany pada The Aceh Post di Lampineung, Banda Aceh, Kamis (28/7).
Nab Bahany mengaku, secara pribadi dia juga pernah menelusuri keberadaan hikayat-hikayat itu, dan pernah menanyakannya ke perpustakaan HB Yasin di Jakarta, namun naskah hikayat tersebut tidak ada.
“Setelah itu, saya langsung menanyakan pada mantan Direktur Pusat Dokumentasi Aceh Bapak Adnan Hanafiah, beliau juga rupanya lagi mencari informasi yang sama,” jelas Nab Bahany.
Menurut Nabani, Adnan Hanafiah pernah mengunjungi rumah HB Jasin. Di rumah itu beliau melihat ada sebuah gudang yang berisi begitu banyak buku. Adnan Hanafiah malah sempat masuk ke dalam gudang dan membongkarnya.
“Beliau ada menemukan selembar kertas yang bertuliskan hikayat Aceh, namun apakah hikayatnya ada disitu, saya tidak bisa pastikan. Ketika itu sempat diajukan kepada pemerintah Aceh untuk mencari kembali hikayat itu, tetapi tidak dihiraukan sampai sekarang,” lanjutnya.
Sementara saat dihubungi, manuscrip Aceh Tarmizi A Hamid menjelaskan, dirinya pernah mendengar hilangnya 600 kitab hikayat Aceh. Bahkan dia pernah mendengar apabila Sejarawan Australia Raffes pernah mengambil hikayat-hikayat tersebut, namun Raffes kemudian menghibahkannya ke perpustakaan Negara.
“Padahal sekarang sejarah Aceh sedang diteliti oleh banyak ilmuwan, dan sayang sekali kalau hikayat itu tidak diketahui keberadaannya,” demikian kata Tarmizi.