Sebuah pecahan tanah liat dari abad ke-14 SM yang ditemukan pada penggalian di luar dinding kota tua Yerusalem berisi dokumen tertulis tertua yang pernah ditemukan di Yerusalem, kata para peneliti di Universitas Yahudi di Yerusalem.
Pecahan tablet tanah liat dari abad ke-14 SM
Foto dari Universitas Yahudi karya Sasson Tiram
Penemuan itu dipercaya merupakan bagian dari sebuah lembaran atau tablet arsip kerajaan, yang kemudian memberikan keterangan tentang pentingnya Yerusalem sebagai kota utama pada akhir zaman perunggu, jauh sebelum ditaklukkan oleh Raja Daud, kata para peneliti.
Pecahan tanah liat tersebut terlihat baru-baru ini selama penyaringan tanah dan kerikil dari bawah menara abad ke-10 SM dari periode Raja Salomo di kawasan Ofel yang terletak di antara dinding bagian selatan kota tua Yerusalem dan kota Daud arah selatannya. Rincian penemuan itu diterbitkan di Jurnal Israel Exploration.
Penggalian di Ofel dilakukan oleh Dr. Eilat Mazar dari Institut Arkeologi Universitas Yahudi. Pendanaan proyek itu disediakan oleh Daniel Mintz dan Meredith Berkman dari New York, yang juga menyediakan dana untuk penyelesaian penggalian dan pembukaan situs itu untuk publik oleh Otoritas Benda-benda purbakala Israel, bekerjasama dengan Otoritas Alam dan Taman Israel dan Perusahaan Pengembangan Yerusalem Timur. Proses penyaringan dipimpin oleh Dr. Gabriel Barkay dan Zachi Zweig di tempat penyaringan basah Emek Zurim.
Pecahan yang ditemukan tersebut berukuran 2 x 2,8 cm dan memiliki ketebalan 1 cm. Pecahan yang berasal dari abad ke-14 SM itu nampaknya merupakan bagian dari sebuah lembaran dan berisi tulisan simbol kuno dalam bahasa Akkadia yang merupakan bahasa umum pada periode itu.
Bentuk kata-kata simbol tidaklah begitu penting, tapi yang berarti ialah naskahnya yang berasal dari tingkatan yang sangat tinggi, memberikan fakta bahwa itu ditulis oleh seorang penulis yang sangat ahli yang mirip dengan lembaran yang disediakan untuk kerajaan pada waktu itu kata Profesor Wayne Horowitz yang merupakan ahli Asiriologi di Institut Arkeologi Universitas Yahudi. Horowitz menguraikan naskah itu bersama Dr. Takayoshi Oshima dari Universitas Leipzig Jerman.
Lembaran-lembaran dengan pesan diplomatis secara rutin dipertukarkan antar raja-raja di Timur Dekat, kata Horowitz, dan ada kecenderungan besar, karena naskahnya yang berkelas dan faktanya bahwa itu ditemukan berdekatan di area akropolis kota kuno, pecahan tersebut dulunya merupakan bagian dari "surat kerajaan". Horowitz menerjemahkan simbol-simbol pada pecahan termasuk kata-kata seperti "kamu", "kamu adalah", "nanti", "melakukan" dan "mereka".
Catatan tertulis tertua yang sebelumnya ditemukan di Yerusalem adalah lembaran yang ditemukan di parit Siloa di wilayah Kota Daud selama pemerintahan Raja Hizkia pada abad ke-8 SM. Lembaran tersebut yang mengakhiri proyek di parit tersebut sekarang berada di sebuah museum di Istanbul. Penemuan terbaru melampaui waktu lembaran Hizkia sekitar 600 tahun.
Pecahan yang ditemukan di Ofel diyakini sejaman dengan 380 lembaran yang ditemukan pada abad ke-19 di Amarna Mesir pada arsip Firaun Amenhotep IV (Akhenaten) yang hidup pada abad ke-14 SM. Arsip-arsip termasuk lembaran-lembaran dikirim kepada Akhenaten oleh raja-raja yang tunduk padanya di Kanaan dan Siria dan termasuk rincian tentang hubungan yang rumit di antara mereka yang mencakup banyak segi pemerintahan dan masyarakat. Di antara lembaran tersebut ada enam yang dialamatkan dari Abdi-Heba yang merupakan penguasa Yerusalem dari Kanaan. Pecahan lembaran di Yerusalem rupanya merupakan bagian dari sebuah pesan yang akan dikirim dari raja Yerusalem, mungkin Abdi-Heba, kembali ke Mesir, kata Mazar.
Pemeriksaan bahan pecahan oleh Profesor Yuval Goren dari Universitas Tel Aviv menunjukkan bahwa pecahan itu berasal dari tanah di wilayah Yerusalem dan tidak sama dengan bahan-bahan dari wilayah lain yang memberikan keterangan bahwa itu rupanya merupakan bagian sebuah lembaran arsip kerajaan di Yerusalem berisi salinan lembaran-lembaran yang dikirim oleh raja Yerusalem kepada Firaun Akhenaten di Mesir.
Mazar mengemukakan bahwa penemuan baru ini menyediakan bukti kuat tentang pentingnya Yerusalem selama akhir zaman perunggu dan berfungsi sebagai titik balik kepada mereka yang telah menggunakan kekurangan penemuan arkeologi besar dari periode tersebut hingga sekarang untuk memperdebatkan bahwa Yerusalem bukan merupakan pusat utama selama periode itu. Penemuan tersebut juga memberikan penekanan terhadap pentingnya kota itu di masa berikutnya yang mengarah kepada penaklukkan oleh Raja Daud pada abad ke-10 SM, ujarnya.