Planet Mars memungkinkan untuk ditinggali. Pendapat ini muncul setelah dua satelit antariksa menemukan mineral pembentuk air, silikahidrat, di permukaan utara planet Merah itu.
Pesawat antariksa milik Badan Antariksa Eropa (ESA), Mars Express, dan satelit milik Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (AS) atau NASA, Mars Reconnaissance Orbiter, sebelumnya menemukan ribuan bebatuan yang diselimuti air. Kalau penemuan terbaru diperoleh di permukaan utara, maka bebatuan itu ditemukan di permukaan selatan planet Mars.
Mineral lumpur yang ditemukan dua perangkat antarilcsa dikenal dengan istilah phyllosilicate. Menurut ahli, penemuan mi menipakan indikasi bahwa permulcaan selatan Mars pada masa lampau ternyata lebih hangat dan basah dibandingkan hari ini.
Sementara mineral yang ditemukan di permukaan utara Mars sudah bercampur dengan lapisan lava tebal. Di samping itu, partikel mineral tergolong sangat mungil sehingga sulit diteliti. Penjelajah Mars milik NASA, Mars Express, pernah mengambil contoh mineral permukaan utara Mars. Ternyata contoh mineral kurang memadai. Padahal, saat itu, Mars Express membawa mineral lebih banyak dari yang diminta sebelumnya.
Sementara itu, NASA yang tidak mau berjalan setengah-setengah langsung menerjunkan satelit pendukung demi memperoleh resolusi data dengan kualitas lebih baik. Hasilnya, tidak kurang dari sembilan kawah utara Mars mengandung phyllosilicate atau ikatan silikahidrat lain. Data penemuan serta analisis sementara sudah diterbitkan dalam jurnal Science. “Sekarang kita benar-benar bisa mengatakan bahwa Mars pernah diselimuti air sekitar 4 miliar tahun lalu,” kata penulis jurnal John Carter dari University of Paris.
Seperti penemuan antariksa sebelumnya, data yang tercantum dalam jurnal Science ini lantas disusul dengan prediksi-prediksi lain. Para ilmuwan antariksa langsung memeriksa jenis mineral untuk “meraba-raba” bentuk kehidupan di Mars pada masa lampau.
Menurut ilmuwan, permukaan lokasi penemuan kaya akan besi magnesium, tapi sediki taluminium. “Dan data itu diperoleh hasil susulan bahwa air di Mars bertahan hingga puluhan, bahkan ratusan juta tahun,” tandas penyelidik OMEGA dari University of Paris, Jean-Piere Bibring.
Berita tentang penemuan air di Mars tidak berembus kali ini saja. Pertengahan Juni lalu, sekelompok ilmuwan dar University of Colorado, Boulder, Amerika Serikat (AS) menyebutkan 36% permukaan planet Mars terdiri atas 30 juta kubik mil air. Data ini diperoleh dari serangkaian penelitian terhadap permukaan delta serta ribuan lembah sungai yang berada dikawasan kawah Mantian.
Laut luas di permukaan Mars ini awalnya tidak bernama. Setelah mengumpulkan beberapa data, ilmuwan akhirnya berani memberikan nama Laut Martian terhadap bekas bentukan laut luas tersebut. Kendati sudah memperoleh data berupa angka, peneliti belum bisa memastikan penyebab hilangnya Laut Martian. Dugaan sementara, Laut Martian terkubur di bawah lapisan es, jauh di bawah permukaan Mars.